Coba pikir-pikir deh, kita pasti selalu berubah tiap putus dari mantan. Gue baru kepikiran sekarang lho, serius! Gue baru sadar kalo sifat gue dari selama tiga kali pacaran itu beda! Iya beda..
Sifat gue pada pertama kali pacaran: gak bisa membandingkan antar perasaan suka, kagum, dan jatuh cinta, pemalu(sampe waktu diajakin jalan sama pacar, gue bawa lima orang sahabat!), egois, terlalu pemaaf, lugu, polos dan bego. Iya, bego banget karena gue udah pacaran sama orang yang memenangkan taruhan "siapa yang paling cepet pacaran, dia yang menang.".
Sifat gue pada kedua kali pacaran: Berprinsip pada: "cinta ada seiring berjalannya waktu"(Waktu itu, pacar gue adalah idola gue di sekolah, hanya sekedar suka biasa. Karena dia yang nembak, kenapa mesti nolak?), agak berani(pegangan tangan! Padahal gue paling anti dipegang-pegang), egois, masih terlalu pemaaf, masih polos, dan tetep bego. Bukan..bukan jadi bahan taruhan sekarang. Gue dijadiin tukang ojek(jemput plus antar dia sampai depan rumah), Gue diselingkuhin...5 kali. Dan gue maafkan. Bagus!
Belajar dari pengalaman sebelumnya diketiga kalinya gue pacaran sifat gue berubah: Lebih mengagungkan cinta, udah menjadi orang yang aktif(cerewet, agresif, udah berani nuntut ini itu), pendiam(dalam hal mengumumkan jadian gue. Biasanya walaupun diminta merahasiakan sekalipun, gue akan tetap koar-koar dimanapun, kesiapapun) lebih pedean(gue yang bilang suka duluan!), masih egois(dikit), bahkan sampai berani mengenalkan doi ke keluarga besar, dan bego yang gak akan pernah hilang kayaknya. Sekarang lain lagi ceritanya; saking terlalu mengagungkan cinta gue jadi kelupaan bawa persetujuan mama dan papa harusnya ikut andil dalam hubungan ini, gue yang saking cintanya sampai gak sadar sudah dikontrol sama dia(padahal gue paling benci diatur orang!), bahkan mengabaikan segelintir pendapat orang-orang terdekat bahwa gue gak sadar dibalik cinta masih ada sejuta kebutuhan lainnya. Gue gak sadar dibalik keseriusannya mendidik dan membimbing, dia telah menginjak harga diri gue. Memandang remeh. Dia telah melampaui batas kehidupan pribadi. Lancang. Memangnya dia siapa? Cuma sekadar intermezo, teman perjalanan hidup untuk waktu yang singkat! Lagian, memangnya seorang pacar memiliki otoritas seperti yang dia lakukan? Dia terlalu memaksakan gue untuk menjadi seseorang yang dewasa, padahal hey! Masa abege gue masih panjang(AMIN) pendidikan dan perjalanan yang mesti gue tempuh juga masih bermil-mil jaraknya dan gue bisa belajar menjadi dewasa sendiri(itu lebih asyik kan?). Walau memang harus gue akui, pelajaran dan bimbingannya telah membuat gue merasa lebih baik. Tetap aja gue masih gak terima atas kalimat terakhir yang dia ucapkan! Oke gue mulai emosi kalau sudah membicarakan tentang ini. Because I couldn't resist my mind not to get mad at you, Jerk! Shit! Bagi gue pengalaman ketiga ini memang memberikan pukulan telak, gue memang terkesan sembrono dalam memilih pacar.
Sadar nggak sadar, gue sekarang gak bisa menaruh kepercayaan kepada seseorang, lebih curigaan, lebih takut sama yang namanya jatuh cinta. Herannya, gue selalu iri dengan dua orang yang sedang memadu kasih. Kapan sih gue kayak mereka? Kapan sih gue bisa jalan sama pacar?
Gue gue takut bakal ngecewain orang, gue takut bikin orang marah, gue takut bikin orang tersinggung, gue takut nyakitin cowok dan sebaliknya. Gue takut banget!
Rasanya sekarang gue lebih pengecut dibanding dulu.
Dari ketiga pengalaman itu gue menjadi lebih selektif, gue harus bisa membedakan perasaan suka dan cinta, yang mana cowok yang kelihatan baik dan baik beneran, melihat dengan dua sisi yang berbeda(satu wajah dan satu kehidupannya. Bukan dari buaian lembut dan kata-kata romantisme yang kebanyakan bullshit. Kosong tanpa makna), dan segala tetek bengek yang harus bisa menunjang kehidupan gue nantinya.
Mungkin agak terlalu dini berbicara tentang pasangan hidup untuk anak seusia gue. Tapi menentukan daftar belanja sebelum kepasar, apa salahnya tho?
Sekarang berfokus pada masa depan, mungkin kelak akan sedikit membuat kehidupan gue lebih baik. Toh, jodoh kan ditangan Tuhan. Dikasih, Alhamdulillahirabbil A'lamin. Gak dikasih, berdoa lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar