Sebagai imigran gelap, saya merasa punya "sedikit" rasa kewajiban untuk mengulik *ciehbahasanya* pariwisata yang ada di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Itung-itung kita ini nggak ada budget buat liburan ke luar pulau, ke pantai yang notabenenya ada di pulau sendiri aja mikirin duit bensin mobilnya susah minta ampun, apalagi keluar pulau. And here we go, my low budget travelling *taraaa*
Setelah sebelumnya saya pernah post about Tahura-Mandiangin, kali ini aku bakal bahas tentang danau yang lagi ngehits di Banjarbaru, namanya Danau Seran. Di sini biasanya banyak banget pengunjungnya, mulai dari yang bayi sampai yang tua. Yang berpasangan sampai yang menderita ngeliat yang berpasangan, bahasa kasarnya ya jomblo #uhuk. Aku belum begitu tau jam operasional perahu dan sepeda air dibuka mulai jam berapa, cuman kalo mau nyari yang rame atau mau sekalian cuci mata liat abang-abang jualan pangsit, datang aja sekitar jam 4-6 sore. InshaAllah bakal di godain, karena berdasarkan pengalaman aku yang baru pertama kali ke sana, si abang-abang cukup gesit juga kalo lagi ngerayu. Ada yang sampai pasang pin bb di gerobaknya, ada juga sambil ngasih plastik pop ice, dia sekalian ngasih kartu nama, pake ngedip-ngedipin mata juga, katanya "hubungin abang ya dek.". Wuidih, bikin merinding. Anjay banget kan ya?
Nah, kebetulan karena si pengangguran ini lagi nyari-nyari acara biar nggak kesepian amat, pergilah aku sama temen-temen ke Danau Seran. Kalau dari pusat kota Banjarbaru, jarak yang ditempuh mungkin 5-10 km *ngayal, waktu yang ditempuh sekitar 15-30 menit, atau bisa juga satu hari penuh kalo kamu ngesot pakek kepala. Kalau dari arah Banjarbaru, Jl. Trikora adalah jalan paling cepat untuk sampai ke sana. Kalau dari arah Banjarmasin, mungkin bisa juga lewat Jl. Trikora, tapi harus rela tersesat-sesat, karena aku gak bakal ngasih tau dengan percuma alamatnya. Hwhwhwhw. Bagi yang mau tau, bisa hubungin mama aku dulu, siapa tau mama suka. Hwhwhwh #halah
Singkat cerita, kita berangkat dari kosnya Layla. Dia sama temenku Ema pake satu motor, aku pake motor sendiri, dan ada satu lagi bodyguard kami yang bodynya nggak memenuhi stardard bodyguard, soalnya dia bukan bodyguard #halah. Namanya Duni, tapi dipanggil Dodon. Asli, waktu pertama kali aku tau nama panggilannya itu, aku pengen ngakak sambil bacok-bacok kepala desa. Itu namanya pembunuhan karakter men! Penipuan publik! Si Dodon ini lebih tua dan dia satu-satunya cowok yang mau gabung sama kita, kalo cowok lain berlomba-lomba ngehalalin kita #halah.
Kita nungguin ka Dodon ini lumayan lama, mulai dari Layla ngupil pakai jari, sampai pakek daun pohon. Terus si Ema juga ketiduran di aspal, guling-guling kesurupan. Pas dia udah datang, berangkatlah kita berempat pakek 3 buah sepeda motor curian *eh. Waktu itu kita udah merasa bisa menyaingi si boy anak jalanan. Sombong dikit deng, biar motor kita cuman matic, hati kita sekuat baja. Tank punya TNI aja nggak bisa ngancurin hati kita, tapi dilindes sampe jadi debu.
Nah pas menuju Danau Seran ini, kita bingung. Temenku bilang tempatnya itu udah nggak jauh kalo udah masuk Gt. Manggis, kalo si Ema taunya Danau Seran ini masuk jauh melawati Bekantan Park. Daripada nyasar, ka Dodon inisiatif nanya sama abang-abang jualan pop es. And finally, kita kelewatan jauh, dan harus mutar balik lagi sementara waktu udah nunjukin jam lima sore.
Singkat cerita lagi, kita sudah nyampe di danaunya dan di setop sama abang-abang jaga parkir. Biaya administrasi masuknya kalau nggak salah sih lima ribu dollar #halah
Kalau aku disuruh ngasih nilai untuk Danau Seran, aku kasih 7 dari 10 deh. Soalnya jalan masuknya becek banget, terus tempatnya juga agak kotor, mungkin pengelolaannya belum maksimal. Berbanding terbalik banget sama danau di Mandikapau yang nggak ada pengelolanya. Biaya naik perahu untuk mengitari danau pun juga beda jauh, kalau di Danau Seran dikenakan biaya Rp. 5000 untuk nyebrang ke pulau dan Rp. 10.000 untuk keliling dan singgah juga ke pulau. Kalau Danau Mandikapau biayanya Rp. 10.000 tapi bisa ditawar *maklum ibu-ibu* jadi Rp. 7000.
Pas nyebrang ke pulau pun disana kondisinya agak kotor juga, ayunan-ayunan yang harusnya buat duduk malah ada bekas jejak kakinya.
Sebenarnya ini juga bukan salah pengelola yang tidak begitu ketat mengawasi kondisi wahana atau tempat duduk yang ada di sana, tetapi ini juga kesalahan para pengunjung. Jika kita bersama-sama menjaga kebersihan, kita juga bersama-sama menghasilkan kenyamanan #tsah. Jadilah pengunjung yang cerdas, peliharalah kebersihan, buanglah mantan pada tempatnya *eh, jangan bikin rusuh, ramahlah pada sesama pengunjung, jangan pelit dengan sesama pengunjung. Kenapa aku bilang jangan pelit? Karena ada beberapa pengunjung yang songong banget, mentang2 spotnya bagus untuk foto, dia nggak mau pindah, kita kan pengen foto disitu juga bhahaha.
But overall, we are satisfied. Kita di manjakan sama air danau yang jernih, abang-abang supir kelotok yang pas kebetulan banget asik buat diajakin ngomong, pelangi yang kebetulan membundar di atas langit sana, hammock pinjeman anak-anak mapala, dan namanya juga pulau, banyak pohon-pohonnya yang bikin teduh hatiku. Pokoknya jauh dari ingar-bingar kota yang bikin sumpek, forget about routinity, we can left anything behind us who could make our heart broke.
Aaaand, as always. I have some photos that could bring your imagination to look how beautiful Danau Seran is.
C. U ❤
Tidak ada komentar:
Posting Komentar